Geliat sastra lahir dari pribadi kreatif.
Ia mungkin saja menjadi sekadar gerak-riak. Sangat boleh jadi pula
menjelma gelombang ombak yang memukau. Segalanya bergantung pada
kegelisahan kreatif seorang individu sastrawan. Maka, kreativitas bagi
sastrawan sesungguhnya merupakan ruh yang memungkinkannya melakukan
tindak mencipta, berkarya, dan membuat perubahan. “Kreativitas harus
menjadi tanda perubahan mentalitas yang
sangat berarti dalam diri makhluk manusia,” begitulah Nietzsche
menekankan pentingnya kreativitas bagi manusia.
1. Itulah sebabnya, Nietzsche beranggapan, bahwa “Para pencipta adalah kaum yang lebih tinggi.”
2. Mengingat kesusastraan –dan kesenian umumnya—tidak dapat terlepas
dari soal kreativitas ini, jadilah ia serta-merta menyatu dengan proses
kreatif penciptaan. Tanpa itu, ia akan menjadi tukang, pembebek, atau
masuk dalam barisan para epigon; kelompok penjiplak yang malas
memanfaatkan otaknya.
Penciptaan karya sastra adalah urusan
individu. Kemandirian seorang sastrawan adalah modal utama. Dengan
begitu, independensi mutlak menjadi dasar sosok pribadinya. Hanya dengan
itu, ia dapat menggenggam gelombang yang kapan saja dapat dipancarkan
ke segala arah atau cukup untuk dirinya sendiri. Maka, celakalah seorang
sastrawan yang begitu amat bergantung pada pihak lain. Ketergantungan
akan membawa seorang sastrawan pada musibah besar keterkungkungan
kreatif. Ia terbelenggu oleh ketakbebasan. Itulah penjara pikiran yang
sangat berbahaya bagi kebebasan berkreasi. Bukankah kebebasan merupakan
fitrah manusia yang akan menjadikannya sebagai manusia yang bermartabat.
Dalam bahasa eksistensialisme, “Realitas manusia adalah bebas, pada
dasarnya dan sepenuhnya bebas!”
3.Komunitas sastra adalah
sekelompok manusia –yang mestinya—independen. Mereka adalah sekumpulan
pribadi yang sering kali dipersatukan oleh kegelisahan yang sama
mengenai persoalan kesusastraan persekitarannya. Tidak jarang pula
mereka mempunyai pandangan dan harapan tertentu dalam menyikapi masa
depan kesusastraan bangsanya. Mereka berkumpul dan berinteraksi dengan
kesadaran adanya kesamaan kegelisahan, harapan, dan pandangan. Mereka
niscaya sangat menyadari pentingnya mengusung kebebasan berkreasi. Jika
di dalamnya ada simpang-siur gagasan, perbalahan pendapat, pertentangan
ideologi atau perselingkuhan kreatif, tentu saja semuanya sah. Itulah
salah satu konsekuensi diberlakukannya kebebasan berpendapat dan
kebebasan berkreasi. Oleh karena itu, biarkanlah perbedaan itu tetap
mekar. Suburkan pula perbalahan dalam kerangka olah pikir. Silakan
perbedaan itu menjadi bebuahan karya yang kaya gagasan, memancarkan dan
menyemarakkan pergulatan pemikiran, melimpahkan model yang beraneka
ragam dan menjelmakan rangkaian peristiwa kemanusiaan yang bermartabat,
luhur dan berbudaya.
readmore...